Guru Hakiki, Sang Penyampai Yang Tersirat.


Guru adalah seorang pembuka yang tertutup, pengarah yang salah arah dan sarana yang ditugaskan oleh Allah untuk mendidik manusia.
Dalam berbagai riset menyebutkan bahwa Seorang guru yang berkompeten akan mempengaruhi muridnya menjadi pintar, pandai dan ahli di bidangnya. Sulit memang jika murid yang pintar dilahirkan dari rahim guru yang kapasitas dan kapabilitasnya kurang memadai. Sehingga tugas seorang guru pada dasarnya adalah memberikan stimulus pengetahuan agar seseorang mempunyai kepribadian serta akhlak yang baik. karena output pendidikan adalah menjadikan manusia memiliki karakter Akhlakul Karimah. Guru yang ditugaskan sebagai sarana untuk membina dan membimbing sekaligus menjadi role model kehidupan muridnya, selebihnya Allah lah yang berperan untuk menjadikan seperti apa sesuai yang dikehendakinya. Seperti idiom الفا عل هو ا الله
Allah menjadi pelaku utama dalam semua aspek. Sebagaimana Kita punya keinginan tapi Allah punya ketetapan.

Pada kesempatan ini penulis memaparkan guru spiritual atau guru yang membina batiniah seseorang. Guru seperti ini akan memiliki pengaruh dan dampak yang sangat berasa negatif jika diri berbuat tidak baik kepadanya dan lebih banyak memberikan keberkahan jika kita ta’dim nurut kepada semua titahnya. Salah satu ciri khas dari guru yang seperti ini adalah beliau mengetahui jauh sesuatu apa yang akan terjadi dan mengetahui potensi hati sang murid. Apabila seseorang sudah menemukan dan memilih guru dalam kategori tersebut. maka, semua yang diucapkan, semua yang diperintahkan wajib untuk dijalankan. Meskipun nanti dalam perjalanan ada sebuah pernyataan beliau yang kurang sesuai dengan pandangan atau pendapat pribadi terlebih ada pernyataan orang lain yang lebih relevan serta lebih logis dari sang guru. Maka, wajib bagi sang murid untuk memilih statement yang diberikan oleh sang guru hakiki. Maka selayaknya seorang murid harus mengedepankan nalar normatif dengan mengedepankan “sami’na wa ato’na” .

Seperti halnya orang yang naik bus atau kendaraan umum, seorang penumpang yang tidak tahu rute perjalanan mempunyai keyakinan yang lebih terhadap sopir bahwa dia bisa mengantarkan sampai tujuan. Begitu juga dengan seorang guru hakiki. Keyakinan merupakan modal awal bagi seorang salik, terkadang diri tidak menyadari bahwa pemberian yang diberikan hanya dinilai secara kasat mata(materi), akan tetapi diri tidak menyadari bahwa beliau membantu secara implisit sarana batiniahnya. Maka sikap seorang murid yang perlu untuk dikedepankan adalah husnudzon atas apa yang diberikan.

Kedekatan dengan sang guru bukan diukur secara fisik bersentuhan dengan fisik, melainkan ada hati yang bersambung setiap saat tanpa batasan jarak yang dirahasiakan. Fisik sering bertemu tidak menjamin adanya garansi kedekatan atau kerinduan. Kedekatan fisik bisa bertepi namun kedekatan hati tak ada tepiannya. Oleh karena itu, hari guru hakiki tidak diperingati setiap rentan waktu 1 tahun sekali tetapi setiap saat ketika mengingat wajahnya yang teduh, seiring mengahdirkan hati kepada sang pencipta sambil teriring Al Fatihah untuknya. Engkaulah orang tua ideologis dalam kehidupanku yang dulu hulunya terasa gelap gulita yang hilirnya berasa remang. Tapi dengan ditakdirkan bertemu, bertatap wajah dan muhasabah meneteskan cahaya benderang dengan mata batin makrifatnya.

Dalam kitab Al Hikam, hakikat guru menurut Al-Imam Ibnu Athoillah al-Askandary rahimahullah :
ليس شيخك من سمعت منه

Guru sejati bukanlah orang yang engkau dengar (ceramah-ceramah) sebatas dari ucapan lisannya saja.
وإنما شيخك من أخذت عنه

Tetapi, dia adalah orang yang bisa diambil hikmahnya sehingga akan membangkitkan mental Ubudiyah dan spiritualitasmu.
وليس شيخك من واجهك مقاله

Bukan juga guru yang ucapannya hanya sebatas membimbing.

وإنما شيخك الذى نهض بك حاله

Tetapi, yang disebut guru bagimu adalah orang yang aura kearifannya dapat membuat hatimu nyaman dan tenang.

oleh ust nur

Artikel

Comments are disabled.