Ada kata mutiara Arab yang perlu sekali kita simpat dalam kotak hati agar hidup senantiasa diberkati:
“ุฃูุฑู
ุถููู ูุฅู ูุงู ุญููุฑุง ููู
ู
ู ู
ุฌูุณู ูุฃุจูู ูู
ุนูู
ู ูุฅู ููุช ุฃู
ูุฑุงู”
(Muliakan tamumu walau dia adalah orang hina. Berdirilah dari tempat dudukmu demi menyambut orang tuamu dan gurumu walau engkau dalam posisi sebagai raja)
Tamu datang berkunjung karena kakinya diijinkan Allah melangkah menuju rumah kita. Lalu apa alasan kita tidak memuliakan dan tidak menerima orang yang telah mendapat ijin dari Dzat Yang Maha mulia?
Pembacaan Secara maknawi tamu bisa bermakna kehidupan yang terjadi dan datang silih berganti dalam kesadaran hidup kita, bukan kah apa yang terjadi adalah atas izin dzat yang maha kuasa tuk terjadi, lalu mengapa kita menghardik dan dengan alasan apa kita tidak menerima nya? Bukan kah daun jatuh ditengah malam yang gelap gulita semua atas pengetahuan dan izin Allah? Keimanan itulah yang perlu kita muhasabah kan tuk perbaikan di masa yang akan datang
Orang tua kita adalah wasilah kita ada di dunia. Orag tua kita adalah orang yang mendapat mandat ketuhanan dalam kehidupan kita Sehingga ridho Nya berada dalam ridho nya, selain itu Orang tua kita adalah wakil wakil Allah untuk menjaga dan membesarkan kita. Pantaskah kita tak menaruh hormat kepada beliau? Pantaskan kita yang menghardik dan durhaka serta menista beliauยฒ? Lalu siapah kita dari mereka?
Guru kita adalah orang tua rohani kita, kita adalah anak idiologis Beliau. Dari beliau kita mengeja huruf-huruf kehidupan. Membaca makna sesungguhnya kehidupan, Dari beliau kita menjadi tahu arti dan tujuan kehidupan serta syarat rukun menjadi makhluk hidup yang baik. Lalu, masihkah berat kita menghormati beliau? Atau Kita bersikap tidak hormat kepada beliauยฒ?
No comment