Semakin banyak Berbicara, Semakin dilupakan


Kadang kita berpikir bahwa berbicara panjang lebar akan membuat orang lain lebih paham atau lebih terkesan. Padahal, yang sering terjadi justru sebaliknya—semakin banyak kata-kata yang kita keluarkan, semakin sulit bagi orang lain untuk menangkap inti pesannya. Otak manusia tidak dirancang untuk menyerap semua hal sekaligus; ia mencari makna, bukan tumpukan suara dan kata kata

Kekuatan sebenarnya ada pada kejelasan dan ketepatan. Kata-kata yang dipilih dengan hati-hati, disampaikan di waktu yang tepat, Esensi kata yang berisi akan lebih membekas daripada paragraf panjang yang berputar-putar. Dalam banyak kasus, diam bisa lebih kuat daripada suara, dan satu kalimat yang tepat bisa lebih berpengaruh daripada seribu yang mengambang.

Dalam konteks Pendidikan dan pengajaran seorang Guru atau calon guru jika kita ingin didengar dan diingat, perlu belajar untuk bicara seperlunya. Fokus pada makna, bukan jumlah kata. Karena dalam komunikasi, bukan seberapa banyak yang kita katakan, tapi seberapa dalam pesan dan pointitu tertanam didalam pikiran.

Oleh Karenanya Efektifitas dalam Pengajaran Bisa di ukur pertama keterserapan points materi yang disampaikan tidak hanya panjang lebar dalam perkataan dan pembicaraan

Kedua Pentingnya Variasi metode mengajar, Mengajar yang hanya dengan Ceramah cenderung memperpanjang kata dan memperlebar kalimat yang belum tentu dibutuhkan, tentu tidak berarti buruk ketika ia mampu menyampaikan makna dengan seni berbicara dan retorika nya,

Ketiga peserta didik Cenderung menyukai hal baru, nuansa baru, pengetahuan baru, karena tabiat manusia adalah dinamis bertumbuh dan berubah, Oleh karena nya Pembelajaran yang joinful maindfull (mendalam dan menyenangkan) dapat menumbuhkan semangat belajar yang tiada henti, dan Perlu menjadi Refleksi pendidik hari ini jangan jangan lemah nya semangat belajar siswa siswi disebabkan pembelajaran yang tidak bermakna

Artikel

Comments are disabled.