Ramadhan Memupuk Menejemen Pendidikan Hati


Ramadhan Adalah Bulan pendidikan Ilahiah robbaniyah, dimana Allah memonumentalkan Ramadhan sebagai kawah Candradimuka Ummat Islam mendidik pribadi pribadi yang berkarakter relegius, robbani, dengan memenejemen nafsu dan hasrat duniawi Agar lebih terdidik

Dengan kurikulum ramadhan dan puasa sebagai pembelajarannya manusia diharapkan melahirkan output tattaqun bertakwa dengan metode Dasar dari puasa yakni menahan

Syaikhina Dr KH Darmawan menyampaikan Bahwa persiapan dasar Ramadhan Adalah Puasa Hati yakni Menahan Untuk tidak mengomentari Orang Lain, menahan tidak memikirkan perbuatan orang lain, Menahan hati untuk tidak Menyalakan Orang Lain, disinilah latihan dan pendidikan Hati dalam rangka puasa dengan makna yang sesungguh²nya.

Puasa Hati inilah yang akan menjadi maqosid utama dari intisari Berpuasa, Sebab Hati inilah yang menjadi Sumber Utama diri dan pribadi seseorang, ketika Hati baik maka baik pula seluruh anggota dan tingkah laku seseorang sehingga hilir akhir tujuan puasa bisa tercapai yakni Bertakwa

Dalam sudut pandang Falsafi Marcus Aurelius, seorang filsuf Stoik Romawi, mengajarkan pentingnya fokus pada kendali diri dan tanggung jawab pribadi.

Penjelasan dari kutipan ini:

  1. Hargai Waktu dan Energi
    Memikirkan apa yang dilakukan orang lain sering kali hanya menghabiskan waktu tanpa memberikan manfaat nyata. Sebaliknya, energi tersebut lebih baik digunakan untuk menjalankan tanggung jawab dan tugas kita sendiri.
  2. Kendalikan yang Bisa Dikendalikan
    Dalam Stoisisme, salah satu ajaran inti adalah fokus pada hal-hal yang berada dalam kendali kita, yaitu pikiran, tindakan, dan sikap kita sendiri. Perbuatan orang lain adalah sesuatu di luar kendali kita, sehingga tidak perlu dikhawatirkan.
  3. Prioritaskan Tujuan Pribadi
    Terlalu terobsesi dengan kehidupan orang lain dapat mengalihkan perhatian dari tujuan atau kewajiban kita. Dengan fokus pada apa yang harus kita lakukan, kita bisa menjalani hidup yang lebih efektif dan bermakna.

Intinya, perlunya kita untuk tidak terjebak dalam kebiasaan membandingkan atau mencemaskan orang lain, tetapi untuk terus maju sesuai dengan tugas dan nilai-nilai kita sendiri.

Artikel

Comments are disabled.