Alkisah, datanglah seorang santri kepada kyai dengan tujuan ingin ngaji. Namun belum sempat menyampaikan keinginannya, santri ini tadi langsung mendapatkan beberapa pertanyaan kritis dari sang kyai. Tujuan utama kamu hidup itu apa, santri tersebut bingung dengan jawaban Selang beberapa waktu santri ini masih tidak tau apa yang harus dijawab .
“Kalau Ada seseorang dalam perantauan kemanakah ia akan berakhir Dalam perantauannya”? Pulang jawab santri, sang Kiai kembali bertanya kalau Ada santri mondok apa yang paling di inginkan dan dirindukan? “Pulang” ke rumah tegas santri. Sang kyai melanjutkan pengajaran ketuhanan ” begitu pun kehidupan sajatinya kita akan pulang dan pasti pulang kepada sang maha, tinggal kapan dan menunggu saat giliran nya saja, kalau mesti pulang maka pastikan kita baik baik saja saat menghadapNya, jangan sampai bermasalah apalagi mengundang murka dan marahNya.
Sang Kiai kembali diam dan santri pun turut diam Dalam keheningan oase batin yang meneduhkan menanti petuah Hikmah mengguyur jiwa,” kota dikuasai serta di pelihara oleh bupati, sebagaimana desa dikuasai dan juga di rawat oleh kepala desa, kalau ada suatu hal baik yang menggembirakan maupun yang menyengsarakan, kabar baik maupun kabar buruk tentu naungan dan tanggung jawab yang mengatur daerah tersebut, pertanyaannya kalau Allah yang maha menguasai maha merawat dan maha mengatur dan pasti Allah pula yang bertanggung jawab atas hidup dan kehidupan kita lantas mengapa kita tidak mengadu suka duka, pahit manis nya kehidupan kepada yang punya kehidupan, mengapa pula kita menangis kepada seseorang yang Juga sibuk dengan tangisnya sendiri atau bersandar kepada seseorang yang Juga dalam kerapuhan nya. Sang santri semakin menunduk terasa diguyur air kehidupan ditengah hati yang lama tertidur bahkan mati dalam hidup
Kisah tersebut sebenarnya ingin memberikan gambaran bahwa hal pertama dan paling utama dalam belajar dan mempelajari kehidupan ialah, pertama menembel keroposnya dan jebloknya Nilai ketuhanan Dalam penilaian diri manusia di raport kehidupannya. Kedua, kehidupan akan menjadi Mutmainah, ketika dilandasi fondasi kokoh tauhid dan tidak akan terombang ambing oleh gelombang problematika kehidupan yang datang dan menghadang.