Oleh Ust Nur
Tolak ukur Keberhasilan serta kegagalan dalam mendidik anak tergantung pada sejauh mana orang tua memanfaatkan usia sang buah hati dalam membekali nilai dan moral agama. Andai kenakalan anak disebabkan karena faktor usia, maka hulu dari permasalahan tersebut adalah pola pendidikan yang salah diterapkan orang tua dalam mendidik anak. Untuk mengcancel kenakalan pada anak agar tidak terkontaminasi nilai-nilai anmoral terutama memasuki usia remaja.
Dari Sinilah Nilai Agama menjadi Solusi problematika Remaja saat ini, sebagai Contoh nilai nilai Agama yang membentuk karakter dan Akhlak ialah menganjurkan melalui pembiasaan shalat. selama kebiasaan shalat tetap dijalankan dan sudah menjadi pembiasaan yang tidak bisa ditinggalkan, selama itu dia akan bisa menetralisir perbuatan yang kurang baik. Karena pada esensinya, shalat sebagai ibadah pengendali moral yang dapat mengubah sikap dan perilaku seseorang. DiDalam Al Qur’an Allah SWT memerintahkan untuk menegakkan/mendirikan shalat bukan hanya sekedar menjalankan. “Wa aqimis shalata Inna shalata tanha Anil fakhsya’i wal Munkar” kerjakanlah shalat, sebab shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar.
Tokoh kenamaan Islam Kholifah Rasul Amirul mukminin Sayyidina Umar Ibn al-Khaththab radhiyallahu anhu Punya metodelogi Pendekatan Psiko Religius tentang Pendidikan. Beliau dawuh :
لاَعِبْ اِبْنَكَ سَبْعاً، وَأَدِّبْهُ سَبْعًاً، وَآخِهِ سَبْعاً، ثُمَّ أَلْقِ حَبْلَهُ عَلَى غَارِبِهِ
“Ajaklah anakmu bermain selama tujuh tahun, didiklah selama tujuh tahun, dan jadikanlah dia layaknya saudara/sahabatmu selama tujuh tahun, kemudian lemparkanlah tali kekang anakmu pada punggungnya (bebaskan ia).”
Usia 0-7 tahun pertama (fase main). Pada fase ini orang tua lebih sering mengajak anak untuk bermain, dimana bisa memberikan permainan yang mana sang anak akan merasakan bentuk kasih sayang yang lebih dari orang tuanya. Tidak perlu keras, karena ini merupakan fase awal pertumbuhan yang membutuhkan pengenalan dan pengarahan dari orang tua.
Usia 7 tahun kedua, 8 – 14 tahun (fase mendidik)
Fase mendidik merupakan fase dimana dianalogikan dianalogikan seperti pembuatan kue yang semua bahan dicampur yang kemudian diaduk untuk dijadikan bentuk kue tersebut. . Adapun peran yang dilakukan orang tua pada fase ini adalah membiasakan mendidik anak mengerjakan shalat, karena pada usia ini merupakan usia pembentukan kepribadian. Sebagaimana cuplikan redaksi Allah SWT “Wa’mur ahlaka bi shalati” Perintahkan keluargamu mengerjakan shalat. Meskipun anak belum dikenai kewajiban dan hukum taklif. Yang paling penting dari fase ini adalah orang tua bukan saja mengarahkan, akan tetapi orang tua harus menjadi contoh. Laksanakan shalat dan ibadah lainnya maka sang anak akan meniru apa yang dilakukan orang tua. Karena, anak adalah peniru ulung dia merupakan miniatur jiwa ayah dan ibunya sehingga dia akan mencari role model kebaikan itu pada kedua orangtuanya.
Usia tujuh tahun ketiga, 15 – 21 tahun (membersamai)
Dalam hal ini anak diposisikan sebagai sahabat bukan lagi orang yang ruang bicara tersudutkan atau harus nurut apa yang harus diucapkan oleh orang tua. Tetapi mereka diberi ruang untuk berbicara dari sisi nalar berfikir mereka. Dianalogikan seperti bahan kue yang hendak masuk pada bentuk cetakan, pada saatnya dia akan dibersamai dengan cetakan agar menjadi kue yang sempurna. Pada usia ini rentan terjadi anak tidak nyaman di rumah bahkan asing dikarenakan orang tua membiarkan yang mana hanya sibuk dengan pekerjaannya.
Tujuh tahun keempat, usia 21 tahun keatas (Melepas)
Beri dia kebebasan dan kemandirian atas hidup yang dijalani, mengarahkan Oke Tapi biarkan mereka menerima Konsekuensi Apa yang menjadi pilihan Hidup, jalan Hidup dan keputusan Hidup jangan terlalu dikekang. Seperti bahan kue yang sudah keluar dari bentuk cetakan sehingga ukuran final adalah masuk pada pematangan kue.
Pada akhirnya seperti yang disampaikan beliau Romo yai Wawan, “kesuksesan anak ditentukan oleh sejauh mana orang tua menirakati (mendoakan) anaknya, dan sejauh mana ketaatan anak kepada orang tuanya”.