SEJARAH DAN HIKMAH IDHUL ADHA(1)


oleh: Ustad Musyafa’ Fatoni (tim LBM PCNU Lamongan, dewan asatid SMP Islam Bustanul Hikmah)


Kaum muslimin, Alhamdulillah kita sekarang sudah memasuki bulan Dzulhijjah. Bulan di mana kita memperingati Idul Adha yang jatuh setiap tanggal 10 Dzulhijjah juga dikenal dengan sebuatan “Hari Raya Haji”, dimana pada hari sebelumnya yakni tanggal 9 Dzuhijjah kaum muslimin melaksanakan wukuf di Arofah bagi mereka yang sedang menunaikan ibadah haji. Adapun bagi mereka yang tidak melaksanakan haji, maka sangat dianjurkan untuk melaksanakan puasa Arofah. Sedangkan tekhnis pelaksanaannya mirip
dengan puasa-puasa lainnya. Keutamaan puasa Arafah ini seperti diriwayatkan shahabat Abu
Qatadah Rahimahullah. Rasulullah SAW bersabda :


صوم يوم عرفة يكفر سنتني ماضية ومستقبلة وصوم يوم عاشوراء يكفر سنة ماضية
Puasa hari Arafah dapat menghapuskan dosa dua
tahun yang telah lepas dan akan datang, dan puasa
Assyura (tanggal 10 Muharram) menghapuskan dosa
setahun yang lepas. (HR. Muslim).


Selain puasa Arofah kita juga dianjurkan untuk melaksanakan puasa Tarwiyah pada tanggal 8 Dzulhujjah. Ini berdasarkan redaksi hadits yang artinya bahwa puasa pada hari Tarwiyah menghapuskan dosa satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun. Meski banyak ulama mengatakan riwayat hadits tersebut dhoif, namun para ulama memperbolehkan mengamalkan hadits yang dloif sebatas hadits itu diamalkan dalam kerangka Fadla’ilul A’mal (untuk memperoleh keutamaan), dan hadits yang dimaksud tidak berkaitan dengan masalah aqidah dan hukum. Lagi pula hari-hari pada sepersepuluh bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang istimewa. Ibnu Abbas r.a meriwayatkan Rasulullah S.A.W bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ ».

Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah
SWT, dari pada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh
hari pertama di bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya : Ya
Rasulullah! walaupun jihad di jalan Allah? Sabda Rasulullah:
Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang
keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian tidak
kembali selama-lamanya (menjadi syahid). (HR Bukhari).


Disamping Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idhul Qurban”. karena pada hari itu Allah memberi kesempatan kepada kita untuk lebih mendekatkan diri kepadanya. Salah satu caranya dengan menyembelih hewan qurban sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah SWT.
Menyebut kata “ qurban “ tentu ingatan kita akan jauh kembali pada peristiwa masa lampau. Kisah tentang pengorbanan nabi Ibrahim, istrinya sayyidah Hajar dan juga putranya nabi Ismail Alaihima assalam. Cinta nabi Ibrahim kepada Allah melebihi kecintaan beliau kepada segalanya hingga putranya sendiri. Oleh karenanya, Alquran secara tegas menyampaikan selain kita ini ber – uswah kepada kanjeng nabi Muhammad S.A.W
sebagaimana ayat :


لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرً
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.( Al – ahzab : 21 )


Juga kita dianjurkan untuk ber – uswah kepada nabi Ibrahim sebagaimana ayat

قَدۡ كَانَتۡ لَـكُمۡ اُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ فِىۡۤ اِبۡرٰهِيۡمَ وَالَّذِيۡنَ مَعَهٗ‌ۚ
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia ( Al-mumtahinah : 4 )


Dari peristiwa di atas ada beberapa pelajaran berharga yang pantas kita ambil. Pertama adalah husnudzon atau berbaik sangka kepada Allah S.W.T dalam keadaan apapun. Diceritakan nabi ibrahim mempunyai anak kecil yaitu nabi Ismail lahir ketika beliau sudah lanjut usia. Seseorang yang dikaruniai anak ketika lanjut usia tentu cintanya kepada anak sangat luar biasa. Akan tetapi beliau nabi Ibrahim diuji oleh Allah S.W.T. Allah memerintahkan nabi Ibrahim beserta istri dan anaknya pergi berjalan dari negeri yang sangat subur yakni mesir untuk pindah ke suatu tempat yang sangat tandus dan gersang. Karena pentingya peristiwa tersebut Allah mengabadikannya dalam Alquran lewat ayat

رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ
Artinya: Ya Tuhan kami sesunggunnya aku telah menempatkan
sebagian keturunanku di suatu lembah yang tidak mempunyai tanamtanaman di dekat rumahmyu (Baitullah) yang dimuliakan. Ya Tuhan kami (sedemikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berikan rizki mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS Ibrahim: 37).


Modal nabi Ibrahim hanya iman dan husnudzon kepada Allah. Beliau yakin pasti ada kebaikan di setiap perintah dan ujian dari Allah S.W.T. Karena dalam segala kenikmatan dan segala ujian modal terbesar seorang muslim diantaranya adalah husnudzon kepada Allah. Banyak dari kita di tengah – tengah ujian mudah mengeluh sampai kapan ujian ini berakhir. Tapi yakinlah dalam setiap ujian pasti ada nilai yang sangat luar biasa. Ada suatu kebaikan yang sudah disiapkan oleh Allah S.W.T kepada kita.

Artikel

Comments are disabled.