Fenomena Menjelang Akhir Bulan Ramadhan



Bulan romadhon adalah bulan kemuliaan bulan umat baginda serta bulan yang ditunggu oleh semuanya, fakta ini bisa dilihat bagaimana banyak orang merespon romadhon dengan berbagai hal kegiatan positif yang tidak biasa mereka lakukan dilain ramadhan, seperti halnya tadarus, buka Bersama, tarowih, santunan, dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya.
Namun uvoria Ramadhan menjadi redup dan kurang terlihat manakala akhir Ramadhan akan usai disembut lebaran yang memberikan tawaran yang lebih menyenangkan bagi Sebagian kalangan masyarakat, seolah lebaran adalah pesta yang berbahagia ria dan Ramadhan adalah jalan menujunya, dalam sosialogis kultural hal ini menjadi pernak pernik budaya dan kebiasaan masyarakat khususnya masyarakat Indonesia. Seperti halanya budaya

1- Belanja dan baju baru dihari raya
Baju baru dihari raya merupakan hal yang seolah fardhu ain adanya, namun pada esensi muatannya adalah sunnah hal ini juga didasrakan pada Riwayat
عَنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ قَالَ: أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِى الْعِيدَيْنِ أَنْ نَلْبِسَ أَجْوَدَ مَا نَجِدُ …
(رواه البيهقي والحاكم

Artinya, “Diriwayatkan dari Al-Hasan bin Ali RA, ia berkata, ‘Rasulullah SAW telah memerintahkan kami pada dua hari raya agar memakai pakaian terbaik yang kami temukan,’” (HR Al-Baihaqi dan Al-Hakim)
Dari sinilah mengapa post dan market pembelanjaan selalu ramai bahkan tidak sepi dari pengunjung meski juga Riwayat tersebut bisa dimaknai bahwa palaian terbaik tidak harus baru, walau pakaian lama Ketika ada yang terbaik maka secara substansi sudah masuk dalam kategori Riwayat diatas

2- Budaya cinjo/ memberi kepada sanak keluarga
Budaya memberi kepada sanak juga merupakan hal baik dan terhitung sebagai kebaikan yang dinilai dalam islam bahkan memiliki keutamaan yang lebih

عن سلمان بن عامر عن النبي صلى الله عليه وسلم قال الصدقة على المسكين صدقة وهي على ذي الرحم اثنتان صدقة وصلة رواه النسائي والترمذي
Artinya, “Dari Salman bin Amir RA, dari Nabi Muhammad SAW, ia bersabda, ‘Sedekah kepada orang miskin (bernilai) satu sedekah. Tetapi sedekah kepada kerabat (bernilai) dua sedekah, pertama pahala sedekah, kedua pahala (jaga) silaturrahim.’” (HR An-Nasai dan At-Tirmidzi)

budaya menjadi baik manakala oleh orang yang mampu kemudian mentasrufkan/memberikan kepada sanak famili handai tulan yang ada, namun yang perlu menjadi catatan adalah bahwa budaya tidak boleh dianggap mempunyai kadar dan nilai yang sama dengan fardhu, sehingga bagi yang tidak mampupun tidak masalah Ketika tidak bisa dan tidak ada yang ditasarufkan untuk diberikan, menjadi pemakluman Bersama bahwa sifat memberi adalah sunnah dan baik meski menjadi identitas budaya tertentu

3- Mudik
Budaya Mudik atau pulang kampung sudah menjadi tradisi tiap tahun masyarakat Indonesia. Menjelang Idul Fitri, masyarakat yang merantau berbondong-bondong pulang ke kampung halaman mereka untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga besar, selaian mudik dimaknai secara formal hendaknya mudik juga dimaknai secara substansial yakni mudik untuk pulang kepada keftrian hidup sebagai manusia yang sesungguhnya, sehingga mudik bukan hanya dilakukan rutinitas kebiasaan tahunan tetapi mudik juga memberikan kesadaran bahwa kita juga harus mudik secara rohani yakni menftrikan hati dan oreantasi hidup yang sesungguhnya sebagai manusia seutuhnya

Sosial kultural diatas hendaknya juga dilakukan pemakanaan ulang dalam hitungan skala prioritas kira-kira lebih prioritas manakah antara idul fitri dengan memaksimalkan ramadahan dengan sebaik baiknya, dalam beberapa Riwayat disebutkan
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يجتهد فى العشر الأواخر مالايجتهد فى غيره

Artinya: Bahwa Rasulullah saw meningkatkan kesungguhan (ibadahnya) di sepuluh terakhir (bulan Ramadhan) yang tidak dilakukan pada hari-hari sebelumnya.


Hal ini sebenarnya menunjukkan bagaimana memaksimalkan ibadah di akhir bulan romadhon merupakan hal yang sangat penting, jika demikian bisa dipahami bahwa Ramadhan adalah inti Pendidikan yang Allah canangkan sedangkan idul fitri adalah bunus penyempurna dari Ramadhan, sehingga budaya yang bernafaskan prepare lebaran tidak boleh jauh lebih penting dari pada Ramadhan itu sendiri

Artikel

Comments are disabled.