ATITUDE GURU DAN KEBERPERANANNYA DIDALAM KEBERHASILAN PENDIDIKAN


Dalam dunia pendidikan peran guru dan performanya didalam aktifitas pendidikan menjadi posisi yang strategis dan vital didalam keberlangsungan belajar mengajar dan hasil peserta didik, untuk itu mengapa guru perlu menata hatinya, mengasah keilmuan dan kemampuannya serta menjaga sikap dan perbuatannya. dari sinilah sebenarnya murid. santri, peserta didik akan bisa dilihat hasilnya buah dari menejemen pribadi yang baik dari internal pribadi sang guru. maka guru harus memenejemen kalbu dan kehidupannya,

Menurut KH. Hasyim Asy‟ari, seorang guru hendak mengajar:
اذاعزم العامل ان حيضر رللس درسو يتطهرمن احلدث واخلبث ويتنضف
و يتطيب ويلبس احسن شيابو الالئقة بني اىل زمانو
maka sebaiknya dia bersuci dari hadas dan najis, membersihkan diri,
memakai wewangian, dan mengenakan pakaian terbaik
yang sesuai dengan keadaannya

dalam prespektif KH Hasyim Asyari diatas. bersuci memiliki 2 afiliasi yang berhubungan yakni bersuci dari hadats yang ada didalam hatinya yakni dengan membuang semua penyakit hati: kebencian, kesombongan dan keangkuhan, kaitannya dengan ini Sayyidil habib umar pernah berkata( dalam kitab maqashid al halaqat hal 32):
”ketika engkau mengajar atau berceramah, maka yakinilah bahwa mereka yang ada di hadapanmu lebih baik dan mulia dari dirimu sedangkan engkau hanya orang yg mengharap barokah doa, pandangan dan syafaat mereka di akhirat kelak. Belajarlah berburuk sangka terhadap dirimu sendiri, dan belajarlah berbaik sangka kepada semua manusia termasuk dengan murid, dengan itu dakwahmu akan terus tumbuh dan berkembang”

iblis gagal dalam kehidupannya hanya karena merasa lebih baik dari nabi adam yang notabenya lebih junior dari iblis, sehingga jangan sampai pula guru gagal dalam menjalankan peranya dalam dunia pendidikan hanya karena merasa lebih baik dari muridnya

yang kedua bersuci dari hadats secara dhohiriyah dengan berwudlu dan membersihkan diri yakni dengan menjaga wudlu atau dengan melakukan aktifitas bersuci ketika hendak didalam pembelajaran dengan harapan bahwa ilmu adalah cahaya dan wudlu atau bersuci juga cahaya ketika 2 cahaya bertemu lahirlah keberkahan kemanfaatan dan keberhasilan pendidikan sehingga saling menjaga kesucian antara guru dan murid menjadikan sinergi yang baik didalam output edukasi yang terjadi

selanjutnya didalam aktifitas pembelajaran seorang guru hendaknya membuka dengan membaca ayat alquran, alfatihah misalnya

ويقدم على الشروع ىف التدريس قراءة شئ من كتاب اهلل تعاىل تربكا وتيمنا
Sebelum memulai pelajaran, hendaknya guru membaca
ayat al-Qur‟an agar terberkati dan memperoleh
keberuntungan.

Guru diharapkan untuk mengambil berkah dari beberapa ayat yang telah ia baca. Setelah itu, guru memanjatkan doa kepada Allah SWT untuk
dirinya, peserta didiknya, untuk itulah mengapa dalam tradisi pondok pesantren selalu dimulai doa dan berkirim fatihah selain mengharap kebaikan dan keberkahan hal ini menunjukan kesadaran bahwa ilmu adalah pemberian Allah SWT sehingga berdoa dan membaca ayat atau alfatihah adalah bentuk permohonan sekaligus menyambung hubungan sinergi ketuhanan dengan harapan Allah berkenan memberikan ilmuNya sehingga kesuksesan didapatkan baik oleh gurunya ataupun untuk peserta didiknya

Artikel

Comments are disabled.