oleh ; Ach yasykur aminurrozi
Idul Adha selalu identik dengan Ibadah Qurban karena keduanya memang Tidak bisa dipisahkan dalam sejarah Panjang Islam yang di inisiatori oleh Nabi Ibrahim beserta Putra Terkasih nya Nabi Ismail, Burmula Dari rentetan Tarwiyah atas keraguan Nabi Ibrahim mimpi menyembelih Putranya dan Diketahui Hakikat realita bahwa itu memang Perintah berdasarkan Wahyu Allah Dihari Arofa yang di Akhiri Dengan Puncak Penyembelihan pada 10 Dzulhijjah
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Dalam Surat Ash-Shaffat, ayat 102, Allah mengabadikan momentum ini dengan ungkapan penuh kebijaksanaan Seorang Ayah kepada anaknya:
يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ
Artinya: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu”
Ketika menyampaikan Diskusi ini, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam juga menunggu Respon dari putranya, yaitu Ismail ‘alaihissalam, dengan menanyakan pendapatnya.
فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى.
“Maka pikirkanlah apa pendapatmu?”
Ayat ini telah mengajarkan kepada kita pentingnya Sistem Parenting komunikasi 2 arah dimana ayah melatih Cara berfikir dan mentalitas Anak Dalam menentukan sebuah tindakan dan keputusan, Selain itu juga memberikan ruang kepada Anak untuk mengekpresikan pendapat. Ketika sang ayah memberikan pertanyaan tersebut, maka Ismail pun menjawabnya dengan penuh kepastian.
قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
Proses Qurban pun mencapai klimaksnya dengan ditaruhnya Ismail ditempat penyembelihan yang pada Akhirnya Allah Ganti dengan Sebuah kambing sebagai Simbol dan “Ujroh” atas kerelaan dan kelegowoan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail beserta ibunya Siti Hajar sehingga didalam Al-Qur’an Hanya ada dua keluarga yang disebut dan diabadikan sebagai teladan keluarga surgawi yaitu ال عمران dan ال ابراهيم keluarga Imron dan keluarga Ibrahim
Rentetan Historis Qurban diatas memiliki Hikmah dan konsekuensi Logis sebagai bentuk Ibadah sosial dan Spirit Ruhiyah yakni mengajarkan betapapun berharga dan bernilai nya Sesuatu yang kita miliki harus dan perlu di ingat bahwa itu semua persembahan dan orientasi keperuntukannya adalah Untuk dan karena Allah
Dalam aspek psikologis Nabi Ibrahim yang telah lama belum memiliki Anak kemudian Allah karuniakan seorang Anak sudah barang tentu kebahagiaan serta kegembiraan muncul dalam hati akan tetapi Allah ingat kan bagaimana kecintaan tersebut harus pula dipersembahkan dan diperuntukkan yang hilir nya kepada Allah.
Aplikasi Dalam kehidupan modern Hari ini adalah ketika memiliki seorang anak sebagai generasi penerus Kehidupan maka jalan yang ditempu adalah bagaimana agar kehidupan sang Anak diproyeksikan sebagai Penerus Sujud dan ibadah kepada Allah, dan itu tidak bisa dilakukan kecuali Jalan dan metode nya adalah mengenal kan anak kepada Allah dan AgamaNya mendidik nya sejak dini supaya terbentuk dan terpatri Nilai nilai ketuhanan didalam Hidupnya, secara pragmatis yakni dengan mengajarkan nya ngaji dan menaruh Anaknya di pondok pesantren untuk memperdalam Ilmu Agama
Dalam sudut pandang materi, Uang adalah sesuatu yang berharga yang dimiliki dan dicari banyak orang, berangkat pagi pulang sore bahkan malam demi dan untuk mendapatkan money Orenated, ibadah Qurban memiliki konsekuensi logis bahwa harta yang kita miliki harus ada yang di relakan serta diberikan sebagai bentuk pengorbanan dan kerelaan dari Aspek materi, sehingga orang kelas menengaah ke bawah yang kesusahan didalam mendapatkan makanan enak dan layak bisa terbantu, disinilah Qurban sebagai fungsi ibadah sosial yang mengajarkan untuk empati dan belas kasih kepada sesama, tidak hanya memikirkan isi perutmya semata dan kepentingan pribadinya.